Wednesday, 20 April 2022 01:23

Literasi, Numerasi dan Ramadhan 1443

Written by

Berita Orbit, Bogor-Iqra! Bacalah! Itulah wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW. Sebuah pesan dahsyat kepada manusia. Sebuah fondasi jika ingin memahami mengapa manusia diturunkan ke bumi.  

Literasilah! Menggunakan bahasa dunia pendidikan dan para pustakawan. Kuasailah kemampuan membaca dan menulis!

Iqra secara umum berasal dari kata qaraa-yaqrau-qiraah yang artinya membaca, menghimpun, mendalami, meneliti dan mengetahui ciri-cirinya.

Jadi literasi adalah perintah langsung dari Allah SWT. Tiada lain dan bukan yaitu agar makhluknya dapat mengenal siapa pencipta sesungguhnya melalui kemampuan literasi.

Literasi dan Dunia Pendidikan

Pemerintah sudah lama prihatin dengan kondisi kemampuan literasi masyarakat Indonesia. Menurut lembaga Programme for International Student Assesment (PISA), Indonesia berada pada ranking 62 dari 70 negara. Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan kemampuan literasi di dunia pendidikan.

Mulai tahun 2021 pemerintah menghapuskan ujian nasional dan menggantinya dengan Asesmen Komptensi Minimum (AKM), menitikberatkan pada kemampuan literasi dan numerasi.  Literasi di sini bukan hanya kemampuan membaca, tetapi kemampuan menganalisis suatu bacaan, dan memahami konsep di balik tulisan tersebut. Sedangkan kompetensi numerasi berarti kemampuan menganalisis menggunakan angka. 

Dua hal ini menjadi kompetensi utama dalam pelaksanaan Asesmen nasional pada bulan September 2021, bukan lagi berdasarkan mata pelajaran. Hasilnya sudah diumumkan oleh Mas Menteri Nadiem Makarim, dalam seri Merdeka Belajar Episode19: Rapor Pendidikan Indonesia.  Menurut Nadiem, Asesmen Nasional akan mengevaluasi dan memetakan sistem pendidikan berupa input, proses, dan hasil. 

Nadiem melanjutkan dengan Asesmen Nasional “Potret layanan dan kinerja setiap sekolah dari hasil Asesmen Nasional ini kemudian menjadi cermin untuk kita bersama-sama melakukan refleksi mempercepat perbaikan mutu pendidikan Indonesia”.  Pada pelaksanaan Asesmen Nasional ini siswa yang diasesmen dipilih secara acak oleh Kemendikbudristek, melibatkan kelas V, VII dan kelas XI.

Dari paparan Mas Menteri, terjadi kesenjangan yang sangat lebar, antara pendidikan di Jawa dengan luar Jawa.  Ternyata hasil pengukuran Asesmen Nasional menunjukkan, sekolah yang meraih hasil terendah di Jawa hampir sama hasilnya dengan yang diraih sekolah-sekolah yang terbilang bagus di luar Jawa.  Inilah yang dimaksud Mas Menteri untuk menjadi refleksi  perbaikan pendidikan.  Berbagai program diluncurkan Kemendikbud untuk mempercepat perbaikan kesenjangan di Jawa dan luar Jawa.  Program yang sedang giat dilaksanakan adalah Program Sekolah Penggerak dan Program Guru Penggerak.

Ramadhan dan Semangat Berliterasi

Seperti yang telah disampaikan dalam pendahuluan, bulan Ramadhan adalah bulan dengan banyak nama.  Dalam kesempatan ini, penulis menyebutnya bulan kebangkitan literasi, selain bulan ampunan, bulan turunnya malam Lailatul Qodar.  Bulan literasi ini sesuai dengan wahyu pertama, Iqra (berliterasilah), agar kamu menjadi umat yang maju, semangat dalam mencari ilmu.

Wujud dari literasi di bulan Ramadhan adalah dengan tadarusan.  Ada yang membaca Al-Qur’an dan sebagian menyimak, saling membetulkan bacaan.  Berbagai kajian dilakukan oleh umat Islam, kultum sehabis sholat Tarawih, kajian bada subuh, lomba-lomba untuk meningkatkan ghirah dan semangat anak-anak muslim.  Hampir setiap tahun dilaksanakan.  Namun belum ada korelasi positif pada kemampuan ilmu pengetahuan umum atau literasi dan numerasi yang diasesmen oleh PISA.  Mengapa?  Jawaban hipotetiknya adalah, minat baca yang rendah dari masyarakat Indonesia.  Menurut UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001 persen.  Artinya, dari 1.000 orang Indonesia hanya 1 orang yang gemar membaca.  Memprihatinkan!

Bagaimana daya dukung Perpustakaan kita?  Pesrsepsi masyarakat tentang perpustakaan adalah tempat yang sepi dan banyak aturan-aturan yang sangat kaku.  Kedua kita belum menjadikan perpustakaan sebagai budaya untuk tempat kunjungan.  Lebih tertarik mencari diskonan di Mall.  Ketiga, belum secara masif membangun perpustakaan sampai tingkat terendah tatanan masyarakat kita.  Perpustakaan Desa banyak yang terbengkalai, padahal perlu secara masif sampai tingkat Rukun Tetangga. Inilah tantangan dan bahan perjuangan Pustakawan yang tergabung dalam organisasi Ikatan Pustakawan Indonesia(dibaca I-Pe-I).  Gerakan akan berhasil jika timbul kesadaran dari dua arah, top down dan bottom up.

Literasi, Ramadhan dan Kesalehan Sosial

Iqra, bacalah bukan hanya perintah yang bersifat artifisial, tetapi bersifat substantif.  Bacalah keadaan sekeliling.  Bacalah keadaan masyarakatmu.  Jangan sampai ada tetangga yang kelaparan.  Jangan sampai ada masyarakat yang terjerat pinjaman online.  Umat islam jangan pasif, contoh dalam kasus pinjol jangan hanya bisa mengutuk pelaku yang meminjamkan dan yang meminjam.  Jangan hanya mengatakan itu riba tanpa ada saluran ril untuk menolong.  Inilah peran masjid, yang dalam agama Islam sebagai tempat untuk menyelesaikan berbagai persoalan umat.   Berdayakan zakat maal dan sedekah untuk menolong umat, mendorong untuk mereka bisa mandiri.

Inilah beberapa kisah yang menggugah dalam ajaran Agama Islam. Apa yang paling diinginkan orang yang telah mati ketika diberikan kesempatan kembali ke dunia.  Ternyata bukan sholat, tetapi sedekah.  Mengapa? Jawabannya ada pada kisah-kisah berikut:

Di jaman Nabi Musa ada sepasang suami istri miskin yang berdoa, ingin ditakdirkan menjadi orang kaya meskipun hanya sebentar.  Doanya itu mereka sampaikan kepada nabi Musa As.  Nabi Musa kemudian menyampaikan doa pasangan itu kepada Allah SWT, dan dikabulkan.  Mereka akan menjadi orang kaya selama satu tahun.  Namun ternyata, dalam perjalanannya setelah lewat satu tahun mereka tetap kaya.  Hal ini mengundang pertanyaan nabi Musa As. Ternyata pasangan itu memiliki empati pada orang yang membutuhkan, sehingga kekayaan yang diberikan Allah itu mereka sedekahkan.  Allah ridho karena pasangan itu amanah dengan kekayaan yang diberikan.

Kisah lain adalah kisah seorang ahli ibadah sebutlah si Fulan, yang sepanjang hidupnya siang malam ia  melakukan ibadah kepada Allah.  Sehingga seluruh penduduk ketika ditanya siapa ahli ibadah di kampung itu, mereka langsung menyebutkan si Fulan.  Timbulah rasa bangga  pada diri si Fulan, lalu ia meminta tolong kepada Nabi Musa untuk menanyakan pada Allah SWT di surga mana ia akan ditempatkan.  Ternyata Ketika Nabi Musa menanyakan hal itu pada Allah SWT, jawabannya si Fulan mendapatkan tempat di dasar Neraka.

Betapa sedihnya si Fulan, ibadah berpuluh tahun (bahakan ada yang menyebut beratus tahun), ganjarannya adalah neraka.  Untuk menutupi kekecewaannya si Fulan akhirnya menerima, dengan syarat tubuhnya dijadikan pelindung bagi mereka yang akan dimasukkan neraka.  Lalu Allah SWT melalui Musa menyampaikan, bahwa si Fulan akan masuk Surga.

Apa inti dari kisah-kisah tadi,  Umat Islam jangan terlena dengan ibadah yang bersifat individual, ia harus menjadi bagian dari berbagai persoalan sosial, ia harus menjelma menjadi pribadi yang saleh secara sosial.

Itulah hikmah Ramadhan, bulan literasi, bulan melatih kesalehan diri dan kesalehan sosial.  Semoga kita menjadi bagian yang mendapatkan hikmah Ramadhan melalui malam Lailatul Qodar.

Ramadhan adalah bulan dengan banyak nama. Bulan ampunan, bulan turunnya Al Qur'an, bulan turunnya malam Lailatul Qadar, bulan tadarus.  Penulis menyebut dengan kekinian, Bulan Literasi. Semoga berkenan.

 

Syabar Suwardiman, M.Kom

Kepala SMP IT Bina Bangsa Sejahtera

Humas IPI Bogor-Depok

 

Sumber : https://beritaorbit.com/literasi-numerasi-dan-ramadhan-1443/

Read 500 times Last modified on Wednesday, 20 April 2022 01:28

Leave a comment

Make sure you enter all the required information, indicated by an asterisk (*). HTML code is not allowed.